Tuesday, October 14, 2014

Campaign Essentials Politics and the Media

Source: gimilispalace.com
Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung yang pertama kali terjadi di bumi Indonesia adalah salah satu yang menjadi agenda utama berbagai media baik cetak maupun elektronik. Beberapa stasiun televisi bersaing untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan seaktual mungkin. Caranya dapat melalaui acara talk show, debat kandidat, dialog, atau poling sms. Fenomena inilah yang menggambarkan peran penting sebuah media dalam suatu pemilihan umum (election) seperti yang dikemukakan oleh Oskamp & Schultz (1998), yakni memusatkan perhatian pada kampanye, menyediakan informasi akan kandidat dan isu seputar pemilu. Hal ini juga yang tergambar dalam sebuah tayangan video berjudul “The Campaign Essentials Politics and The Media” berdurasi 47 menit 14 detik ini.



Tayangan video ini menggambarkan proses kampanye pemilihan umum terhadap dua kandidat terpilih dari AS dimana berlangsung selama 4 tahun sekali. Fungsi kampanye seperti dalam video yaitu untuk mencari perhatian media sebanyak-banyaknya, karena tanpa media kandidat menjadi "invisible" atau tak terlihat massa. Dalam video ini masing-masing calon presiden melakukan proses kampanye guna menarik perhatian masyarakat untuk memilih calon yang tepat yang diharapkan mampu membawa negara tersebut ke arah yang lebih baik. Para kandidat tidak pernah lepas dari kamera dan video para jurnalis. George W. Bush dengan John Kerry merupakan kandidat terpilih pada periode itu. Bush memilih Dick Cheney untuk menjadi pasangannya dan Kerry memilih calon lain, senator john edwards dari north carolina, untuk menjadi rekan kerjanya selama 4 tahun ke depan jika kelak sah menjadi presiden terpilih.

Tayangan video ini memperlihatkan bahwa hubungan antara media dan politik adalah hubungan yang saling membutuhkan. Para pelaku politik membutuhkan media untuk mempublikasikan kebaikan partai politiknya atau bahkan menggunakannya sebagai tempat mengkampanyekan partai politiknya. Media massa, baik cetak maupun elektronik, merupakan media informasi bagi masyarakat yang berguna sebagai sarana pemberi informasi kepada masyarakat, saat ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan informasi terkini tentang kejadian yang terjadi di masyarakat, namun juga digunakan sebagai sarana komunikasi politik. Para Pelaku politik menggunakan Media Massa sebagai sarana untuk menyampaikan visi misi dari suatu partai politik atau para calon pemimpin yang sedang berkampanye. Pernyataan tersebut kebenarannya dapat dibuktikan pada tayangan video ini bahwasanya masing-masing kandidat, Bush dan Kerry, sama-sama memiliki semangat membara untuk merebut kursi dengan kedudukan tertinggi tersebut. 

Gambar 1. Proses Kampanye Bush dan Kerry. Image Source: kiri-jadedskeptic.blogspot.com; kanan-pixburgh.org
Dalam video ini, kita dapat menyimpulkan ada empat pengaruh media dalam politik bagi masyarakat yaitu (a) penambahan informasi, (b) kognitif, (c) perilaku memilih, (d) sistem politik.

a.    Penambahan informasi
Hampir sebagian besar orang dewasa menyatakan bahwa mereka mendapatkan hampir seluruh informasi tentang berbagai peristiwa dunia maupun nasional dari media massa. Karena itulah media massa harus mengelola informasi yang didapat agar bisa dimaknai dengan benar oleh si penerima informasi. Pada video ini ini, sangat jelas terlihat bahwa setiap jurnalis dari berbagai media berusaha sangat kuat untuk mendapatkan berita mengenai kampanye antara Bush dan Kerry seakurat mungkin. Kemudian mereka mengelolanya supaya mereka bisa mendistribusikannya secara benar melalui media cetak maupun televisi. Secara umum, studi telah menunjukkan bahwa masyarakat yang banyak mengkonsumsi media biasanya memiliki pengetahuan yang lebih baik dan aktual daripada yang tidak atau kurang memanfaatkan media. Atas dasar itulah, ada kemungkinan para jurnalis harus mendapatkan informasi seakurat mungkin


b.    Efek Kognitif
Media memiliki kemampuan untuk ‘mengatur’ masyarakat, not what to think, but what to think about. Penjelasan pada kalimat yang ‘indah’ ini ialah media cenderung mengarahkan masyarakat memikirkan hal-hal yang tersaji dalam menunya, bukan apa yang sebenarnya terjadi di sekitar masyarakat itu sendiri. Inilah yang memungkinkan media dapat disebut sebagai media propaganda. Dalam kasus video ini, sedikit terlihat bahwa ada beberapa media yang menunjukkan keberpihakannya kepada kandidat yg satu dan beberapa media lain berpihak kepada yang satunya lagi. Sehingga lewat pemberitaan yang mereka olah, mereka cenderung memiliki tujuan lain yaitu untuk mengarahkan masyarakat menentukan pilihan mereka sesuai dengan yang dimaksudkan oleh media melalui media tersebut. Perhatian masyarakat cenderung lebih dipengaruhi gambaran media daripada situasi nyata dunia. Kampanye pemilihan presidenyang dilakukan kedua kandidat sangat berapi-api. Senator John Kerry meluncurkan kampanye media televisi untuk meningkatkan citra dirinya dalam ajang pemilihan presiden Amerika Serikat. Kampanye Kerry ini digulirkan dalam dua tayangan iklan televisi berupa biografi dirinya. Seseorang mengatakan bahwa iklan ini merupakan "kampanye media paling ambisius dalam sejarah politik kepresidenan, belum pernah terjadi sebelumnya seorang penantang meluncurkan kampanye seperti ini.” Langkah ini jelas merupakan upaya untuk menetralisir citranya pasca kubu Bush menjatuhkan citra dirinya dalam tayangan iklan televisi yang mengritik Kerry.


c.    Perilaku memilih
Secara luas, media lebih cenderung menguatkan tujuan-tujuan yang ada dalam pemungutan suara daripada merubahnya. Seperti telah disinggung diawal bahwa peran utama media dalam suatu pemilihan umum ialah menfokuskan perhatian masyarakat pada kampanye yang sedang berlangsung serta berbagai informasi seputar kandidat dan isu politik lainnya. Walaupun mungkin tidak memberi dampak langsung untuk merubah perolehan jumlah suara, namun media tetap mampu mempengaruhi banyaknya suara yang terjaring dalam suatu pemilu. Menurut Noelle-Newman (1984,1992, dalam Oskamp & Schulz,1998), secara implisit, masyarakat membuat suatu penilaian terhadap pihak maupun cara yang ditempuh untuk memenangkan pemilihan, atau isu-isu panas yang diperdebatkan. Penilaian personal yang dipengaruhi kuat oleh media ini diam-diam bisa berdampak pada pengurangan jumlah suara bagi pihak yang kalah. Ulasan dini seputar pemilu atau laporan berdasarkan survei secara random dapat memperkuat penilaian masyarakat, terutama tentang siapakah yang akan menjadi pemenang dan mendorong terbentuknya ‘spiral silence’ diantara pihak yang merasa kalah atau menjadi pecundang. Hal ini dapat dibuktikan melalui video ini dimana sejumlah jajak pendapat instan setelah debat 90 menit di Universitas Miami secara umum menunjukkan bahwa Kerry mengungguli Bush. Namun acara debat tersebut tidak segera mengubah kecenderungan para pemilih. Jajak pendapat ABC News yang dilakukan setelah acara debat itu memperlihatkan 45 persen responden terdaftar menyatakan Kerry bakal menang dalam Pemilu mendatang, 36 persen mengira Bush yang menang, dan 17 persen mengira hasilnya akan imbang. Dukungan pemilih untuk tiap-tiap kandidat naik satu persen setelah debat calon presiden tersebut diadakan. Dukungan bagi Bush sebesar 51 persen, Kerry mendapat 47. Tingkat kesalahan jajak pendapat itu 4,5 persen. Di kalangan para pemilih mengambang, hasil jajak pendapat CBS News menunjukkan 43 persen menyatakan Kerry bakal keluar sebagai pemenang, sedangkan 28 persen mengatakan Bush-lah juaranya. Kedua kandidat mendapatkan tambahan dukungan dari kalangan pemilih mengambang setelah acara debat itu. Dukungan untuk Kerry naik dari 28 persen menjadi 38 persen, sedangkan Bush dari 19 persen menjadi 31 persen. Tingkat kekeliruan jajak pendapat itu 7 persen. Artinya, bahwa proses debat yang dilakukan, kampanye yang dilakukan, mampu membentuk perilaku pemilih kala itu.


d.    Efek dalam sistem politik
Dalam video ini digambarkan bahwa media ini tidak hanya mempengaruhi politik dengan fokus tayangan, kristalisasi atau menggoyang opini publik, namun secara luas berdampak pada para politisi yang memiliki otoritas dalam memutuskan kebijakan publik. Media, dengan publisitas, pemasangan iklan dan ulasan beritanya, juga memiliki kemampuan yang kuat untuk secara langsung mempengaruhi meningkatnya jumlah dana dalam suatu kampanye politik. Begitu penting dan besarnya peran berita atau ulasan-ulasan media dalam suatu pemilihan umum, maka baik staf maupun kandidat politik sebenarnya telah menjadi media itu sendiri.



STRATEGI REPORTASE KAMPANYE DENGAN AKSES TERBATAS
 
Tugas reporter adalah sebagai representasi masyarakat dapat dianalogikan seperti passport masyarakat. Mereka menginformasikan tentang kampanye, proses politiknya serta hal-hal tentang kandidat.
"Ketikan press gagal, maka demokrasipun akan gagal dan akan menjadi tantangan besar bagi masa depan negara." (Howard Dean)
 Mereka meliput berita dan memberikan informasi, cerita dan gambaran lewat kata-kata dan foto-foto agar para pemilih dapat menentukan pilihan tentang siapa yang akan memimpin negara mereka. Namun untuk mendapatkan liputan terbaik dari sisi reporter dibutuhkan beberapa strategi.

1. Kontrol akses sesempurna mungkin  
Media membutuhkan rating dan prestasi demi penjualan mereka, hal ini terlihat ketika kampanye dilaksanakan mereka sangat mengusahakan akses kepada kandidat. Dikarenakan akses yang kurang maka untuk ekstraksi informasi dari para kandidat merupakan seni tersendiri buat para wartawan. Dalam hal akses, pesan dan pengirim pesan (jurnalis) memiliki hubungan yang kritikal. Strategi terpenting bagi para jurnalis dalam kampanye ini adalah untuk mengkontrol akses sesempurna mungkin.

2. Ketangguhan dan pengalaman
Sebuah organisasi berita dapat menghabiskan $6.000 sehari dalam peliputan kampanye dengan waktu kerja aktif sekitar 15 - 16 jam perhari untuk seorang reporter. Mereka menghabiskan bermunggu-minggu sampai berbulan-bulan demi mengikuti para kandidat. Hal ini jauh dari kata normal karena dunia mereka menjadi berubah total, terkotak dalam dunia antara penulis dan pembaca dan sama sekali tidak mencerminkan kehidupan sehari-hari mereka. Cara terbaik untuk mengikuti reportase semacam ini adalah dengan menugaskan reporter muda, namun begitu kunci untuk mendapatkan liputan yang efektif adalah lewat pengalaman.

3. Hati-hati dalam menulis materi
Dalam kampanye Senator John Kerry maupun Bush, kandidat dan reporter hampir tidak pernah bertemu satu sama lain, mereka hanya bertemu di panggung kampanye atau situasi sangat spesial misalnya ketika kandidat merasa bosan dan melepas penat dengan pindah ke barisan belakang pesawat untuk ngobrol kecil, disini reporter dilarang menggunakan catatan, foto-foto dan lain-lain yang sebenarnya tidak memberikan keuntungan pada reporter (Adam Nacourtney - New York Times). Satu orang yang bertemu sesi khusus mungkin dapat depercaya keaslian materinya, namun certita berubah jika terlibat selusin wartawan dalam sesi khusus, ketika salah satu dari mereka melakukan kecurangan demi rating hal yang menegangkan dan sulit di klarifikasi akan terjadi kepada sebelas reporter lainnya yang terlibat dalam sesi tersebut.

4. Perhatikan situasi, selalu ada hal untuk diceritakan
Staff kampanye tidak mengijinkan siapapun melihat sisi normal dari para kandidat seperti cara mereka tidur, dengkuran dalam tidur mereka, bersendawa, bahakan cara bicara mereka yang normal. Fotographer duduk di barisan paling belakang dari pesawat dan bekerja dibelakang barikade, namun untuk wartawan jangan khawatir tidak mendapatkan liputan akan selalu ada hal menarik untuk ditulis yang berhubungan dengan informasi visual seperti konten grafis dan cerita tentang audiens kampanye.

5. Selalu kreatif dalam liputan
Rubah cara pandang berita. "Bukan menceritakan apa yang presiden katakan, tapi apa yang terjadi disekitar presiden mungkin adalah hutang yang harus dibayar lewat liputan kepada masyarakat (Elisabeth Miller - White House New York Times). Crawford - Texas sekitar peternaklan milik Bush mendapatkan ledakan turisme ketika Bush Jr. mencalonkan diri sebagai presiden lagi, wartawan berkumpul di gym lokal menjadikannya sebagai base peliputan. Berita tidak pernah istirahat bahkan tanpa kandidat dan hal akses masuk peternakan Bush tidak menjadi halangan, kreatifitas berperan enting ilusi pun diciptakan sedemikian rupa untuk meniru dan menciptakan suasana di dalam peternakan Bush membawa audiens ke dalam suasana kampanye di kampung halama si kandidat.

6. Lupakan tentang rivalitas
Dalam "pool situation" yaitu seperti dimana ratusan reporter ikut terbang bersama presiden Bush sebagai kandidat untuk meliput namun tdak dapat benar-benar bisa membuktikan kepada orang lain bahwa mereka satu pesaawt dengan kandidat karena mereka tidak pernah bertemu. Diperlukan semua reporter yang saling bersaing untuk melupakan soal rivalitas dan saling berkomunikasi serta bekerja sama sebagai tim serta saling membantu untuk menyediakan berita bagi masyarakat.
Seseorang dalam pool akan ditugaskan untk memperikan hasil liputan mentah kepata para reporter "traveller"diluar pool pesawat melalui email atau briefing via speaker phones.

7. Budaya visual yang lebih dihargai
Terkadang foto berbicara lebih banyak dibandingkan kata-kata. Carilah foto senilai ribuan kata, JIm Loftus memberikan beberapa tips tentang fotografi:
a. Kandidat memberikan banyak pesan lewat foto mereka pada masyarakat,
b. Penguasaan komposisi, pencahayaan dan pemilihan latar sangat penting dalam sesi foto yang sangat singkat
c. Ambilah foto ketika kandidat menunjukkan jarinya ke suatu arah atau ketika mereka melakukan gestur yang melibatkan gerakan tangan.

Penulis: Janner Marulitua Sitanggang & Sigit Priyono 

Mahasiswa program S2, Magister Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia
Mata kuliah, Manajemen Stratejik Komunikasi

No comments:

Post a Comment