All media exist to invest our lives with artificial perception and arbitrary values (Marshall McLuhan). (1)
Sejak hadir untuk kali pertama ke khalayak, sudah ada bias antara media dan khalayak. Ini bisa dimafhumi mengingat informasi yang ada disampaikan lewat perantaraan media. Ada komunikasi informasi yang dimediasi dan potensial membuat informasi terdistorsi. Obyektivitas cenderung berhenti pada tataran angan-angan, karena asal informasi dan penyebar informasi adalah manusia. Subyek, yang memiliki subyektivitas sejak kali pertama memutuskan perihal informasi atau berita tertentu yang hendak disebarluaskannya. Tidak ada yang obyektif, karena paling maksimal yang bisa dilakukan ialah mengupayakan obyektivitas yang subyektif berdasarkan pada sejumlah asas dan etika yang berlaku, misalnya saja etika jurnalistik.
Dalam A History of Mass Communication; Six Information Revolutions yang ditulis Irvin Fang (1997), diidentifikasi enam periode revolusi informasi dalam peradaban. Enam periode revolusi informasi dalam sejarah itu, terutama dalam fokus pada sejarah peradaban barat, terentang dari masa tahun 8 SM (Sebelum Masehi) hingga waktu pada abad ini.
Secara umum, periode ini dimulai di Yunani dengan konvergensi antara aksara fonetik, yang berasal dari Phoenicia atau di sekitar wilayah Lebanon dan Syria sekarang, dengan “kertas” dari tanaman papyrus (papirus) yang diimpor dari Mesir. Periode kedua adalah revolusi cetak yang merupakan gabungan antara temuan kertas dari China dan mesin cetak oleh Johanes Gutenberg dari Jerman pada paruh kedua abad ke-15.
Periode selanjutnya adalah revolusi media massa yang dimulai dari daratan Eropa dan Amerika Serikat pada masa pertengahan abad ke-19 dengan ditandai oleh penyempurnaan teknik produksi kertas dan percetakan yang menghasilkan koran dan majalah sebagai induk komunikasi massa, dan bisnis pada media. Revolusi informasi keempat adalah revolusi hiburan pada masa menuju akhir abad ke-19 dengan sejumlah teknologi seperti perangkat penyimpanan konten suara, kamera, dan gambar bergerak. Revolusi informasi kelima disebut Fang sebagai Gudang Komunikasi Rumahan yang berlangsung mulai pertengahan abad ke-20 berupa terpusatnya penerimaan informasi serta hiburan di rumah dengan ditandai temuan telepon, penyiaran, industri rekaman, dan sebagainya. Sementara revolusi informasi keenam dsiebut sebagai Jalan Raya Informasi yang merupakan penggabungan atas komputer, penyiaran, satelit, dan teknologi visual. (2)
Berubah
Media, dipandang pula sebagai alat yang strategis untuk mewujudkan target dan tujuan. Strategi media, dengan demikian perlu dirumuskan untuk mencapai tujuan dan target-target tersebut. Pada gilirannya, diperlukan kepakaran dan keahlian sejumlah orang yang bergelut di bidang strategi media. Mereka berada dan bekerja untuk sejumlah lembaga publik, pemerintah, dan swasta. Beragam tujuan dibidik, untuk pencitraan, popularitas, elektabilitas, propaganda, bahkan hingga spionase ata alasan keamanan nasional.
Memengaruhi pikiran, termasuk menentukan standar moral, merupakan salah satu diantara banyak peran yang bisa dimainkan media. Ini bahkan termasuk pada peran untuk memanipulasi hingga mengontrol pikiran khalayak untuk mencapai tujuan tertentu di berbagai bidang. Politik, ekonomi, hukum, lingkungan, olahraga, hiburan, dan nyaris perihal apa saja tentang manusia.
Beragam praktik, termasuk pemelintiran informasi dan berita dilakukan, dan terjadi pada sebagian institusi media. Ini menyusul orientasi hasil dari tujuan yang menjadi prioritas, relatif tanpa menaruh fokus perhatian pada dampak yang ditimbulkannya bagi masyarakat. Dalam kaitan itulah, kami melakukan pembahasan terhadap lima paket video yang diberikan dalam rangka tugas untuk menuntaskan perkuliahan Manajemen Stratejik Komunikasi. Lima video tersebut masing-masing berjudul;
- Campaign Essentials Politics and the Media
- Mass Media & Public Education Exposed
- The Media's Manipulative Influence Over Your Morals
- How The Media Controls Society, dan Mind Control
- Television, Sports, News Media Are Used To Manipulate & Control You!
Ali Aulia Rahman | Aprilia Ratna Palupi | Della Lineri | Ingki Rinaldi | Janner Marulitua Sitanggang | Sigit Priyono |
Magister Manajemen Komunikasi, Universitas Indonesia
Sumber rujukan
1 Marshall McLuhan and the Wired Future, 24 Maret 2009, Gregory McNamee, http://www.britannica.com/blogs/2009/03/marshall-mcluhan-and-the-wired-future/ (Diakses pada Selasa, 14 Oktober 2014)
2 A History of Mass Communication Six Information Revolutions, Irvin Fang, 1997, Focal Press, United States of America, http://home.lu.lv/~s10178/sixrevolutions.pdf (Diakses pada Selasa, 14 Oktober 2014)
3 Wilbur Schramm: A Portrait of A Development Communication Pioneer, Arvind Singhal, Communicator, January-December 1987, http://utminers.utep.edu/asinghal/Articles and Chapters/singhal-Wilbur Schramm-communicator.pdf (Diakses pada Selasa, 14 Oktober 2014)
4 James Farr, Jacob S. Hacker, Nicole Kazee, The Policy Scientist of Democracy: The Discipline, American Political Science Review, Vol. 100, No. 4 November 2006, http://www.lse.ac.uk/CPNSS/events/Abstracts/HIstoryofPoswarScience.pdf (Diakses pada Selasa, 14 Oktober 2014)